Kamis, 28 November 2013

SEJARAH HARI GURU INDONESIA

 
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.
 
Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan huru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
 
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
Sejalan dengan keadaan itu maka disamping PGHB berkembang pula organisasi guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan yang lainnya.
 
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kesadaran. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka.”
 
Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
 
Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta. Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah – guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 – seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
 
Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tangan bau mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan :
  1. Memepertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia;
  2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan;
  3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
 
Sejak Kongres Guru Indonesia itulah, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis.
 
Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.
 
Semoga PGRI, guru, dan bangsa Indonesia tetap jaya dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

sumber : kusdiyono.wordpress.com

Kamis, 21 November 2013

PROFIL SMA-SMK YAPIM TARUNA PANDAN


 
Visi
Menjadi Lembaga Pendidikan Yang Berkualitas dan Mandiri
 
Misi
1.      Mendidik siswa agar mampu mengembangkan potensi dirinya
2.      Mendidik siswa agar dapat berpikir kreatif dan kritis
3.      Mendidik siswa agar memiliki Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Sosial
4.      Mendidik siswa untuk menguasai IPTEK
5.      Mendidik siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
 
Motto
1.      Unggul Dalam Prestasi
2.      Bersama Kita Bisa
 
Perijinan Operasional Sekolah
Ø  SMA   : No. 421.3/557/2013
Ø  SMK   : No. 421.3556/2013
 
Perijinan Tanah dan Bangunan
Ø  Ijin Mendirikan Banguan (IMB)         :  No.01 tanggal 06 - 01- 2009
Ø  Surat Akte Kepemilikan Tanah           :  No. 734 tanggal 22 - 12 - 2011
Ø  Luas Tanah                                          : 1.777 Ha
Ø  Luas Bangunan                                   : 5.378 M2
 
Jenis Unit Sekolah
1.      Sekolah Menengah Atas (SMA)
2.      Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) – Teknik Kendaraan Ringan
3.      Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) – Teknik Komputer dan Jaringan
 
 
FASILITAS GEDUNG:
A.    Ruang Belajar                                    
B.     Ruang Praktek/Laboraturium :
1.         Laboratorium Kimia, Fisika dan Biologi
2.         Laboratorium Komputer
3.         Laboratorium Bahasa
4.         Laboratorium Teknik Komputer Jaringan
C.     Bengkel Latihan Kerja (BLK)
D.    Internet
E.     Perpustakaan
F.      Musholla
G.    Kantin
H.    Asrama Siswa Putra – Putri
I.       Lapangan Olahraga :
1.         Basket
2.         Volley
3.         Futsal
J.       Ekstrakurikuler (Eskul) :
A.       Olahraga
B.       Cheersleader
C.        Marching Band
D.       Paskibra
K.    Perumahan Guru dan Pegawai
L.     Sarana Unit Produksi Kreasi Siswa